Camping Ground Reban Kucing Jadi Ikon Baru Wisata Alam Empat Lawang

Kabupaten Empat Lawang terus menunjukkan geliat inovasi di sektor pariwisata berbasis masyarakat, salah satunya melalui destinasi wisata unggulan bernama Camping Ground Negeri di Atas Awan Reban Kucing. Inovasi ini tumbuh dari semangat komunitas Karang Taruna Desa Tanjung Raman, Kecamatan Pasemah Air Keruh, yang menyulap area perbukitan alami menjadi lokasi berkemah dengan nuansa kabut dan panorama menakjubkan di atas ketinggian. Tempat ini kemudian dikenal luas sebagai Reban Kucing karena cerita rakyat setempat dan keunikan lokasi yang diselimuti awan pada pagi hari. Dengan dukungan Dinas Pariwisata serta jejaring komunitas wisata Sumatera Selatan, inisiatif tersebut menjelma menjadi salah satu model pengembangan wisata desa yang inspiratif dan inklusif. Data menunjukkan, sebelum pengembangan, kunjungan wisatawan hanya berkisar di bawah 15 orang per bulan. Namun sejak pengelolaan dilakukan secara profesional oleh Pokdarwis Reban Kucing, jumlah wisatawan meningkat drastis mencapai lebih dari 60 orang setiap pekan. Lonjakan ini turut mendorong roda ekonomi desa melalui pembukaan usaha kecil seperti warung makan, sewa tenda, jasa ojek wisata, dan pengelolaan tiket masuk.

Kelahiran inovasi ini tidak terlepas dari latar belakang persoalan krusial yang melanda sektor pariwisata Empat Lawang selama masa pandemi. Berdasarkan data Dinas Pariwisata, terjadi penurunan kunjungan wisatawan sebesar 40% antara tahun 2019 dan 2020, menyebabkan penurunan pendapatan UMKM lokal yang sebelumnya bergantung pada sektor pariwisata. Strategi promosi digital melalui media sosial belum menghasilkan dampak signifikan, bahkan engagement platform pariwisata daerah hanya mencapai 40% dari target yang diharapkan. Minimnya partisipasi masyarakat dalam membentuk dan mengelola daya tarik wisata juga memperburuk stagnasi sektor ini. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan baru yang mampu menjawab tantangan lokal, memberdayakan komunitas, sekaligus membangkitkan ekonomi desa. Ide untuk menjadikan kawasan Reban Kucing sebagai destinasi wisata muncul secara organik dari aktivitas swafoto pemuda setempat yang viral di media sosial. Potensi visual lokasi yang memukau memicu banyak pengunjung luar desa untuk datang, lalu didorong oleh pembinaan dari jejaring wisata, inisiatif ini pun disusun dalam bentuk pengelolaan yang sistematis dan konsisten.

Inovasi Camping Ground Negeri di Atas Awan ini menjawab isu strategis nasional dan lokal tentang perlunya pengembangan wisata berbasis komunitas serta pemulihan ekonomi desa pascapandemi. Berlandaskan Undang-Undang Kepariwisataan dan Peraturan Presiden tentang Destinasi Prioritas, program ini juga sejalan dengan arahan RPJMD Kabupaten Empat Lawang yang menggarisbawahi pentingnya peningkatan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB lokal. Reban Kucing tidak hanya menghadirkan keindahan lanskap alam, tetapi juga menawarkan konsep ekowisata edukatif yang menggabungkan konservasi, kearifan lokal, dan pemberdayaan pemuda desa. Kegiatan wisata di sini bukan sekadar rekreasi, tetapi juga pengalaman yang memperkaya kesadaran pengunjung tentang pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkan potensi desa secara berkelanjutan. Hal ini menjadi pembeda utama dari konsep wisata massal yang selama ini cenderung mengabaikan keberlanjutan.

Salah satu keunikan dari inovasi ini adalah pendekatan bottom-up, di mana pengembangan destinasi tidak dimulai dari intervensi proyek pemerintah, melainkan dari inisiatif komunitas yang secara bertahap mendapatkan kepercayaan publik. Karang Taruna bersama tokoh desa memulai dengan membangun spot foto dan lahan camping sederhana secara gotong royong, kemudian berinovasi dengan membuat jalur pendakian dan area swafoto yang instagramable. Setelah lokasi mulai dikenal luas, Pokdarwis Reban Kucing dibentuk dan secara resmi menjadi pengelola destinasi. Pendekatan ini terbukti efektif karena menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap wisata yang dibangun, sekaligus memperkuat keberlanjutan pengelolaan jangka panjang.

Hingga tahun 2023, inovasi Reban Kucing berhasil membawa Desa Tanjung Raman masuk dalam 300 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) serta meraih penghargaan sebagai Desa Wisata Favorit di Provinsi Sumatera Selatan. Penghargaan ini tidak hanya menjadi pengakuan prestasi, tetapi juga meningkatkan kredibilitas destinasi di mata publik dan investor wisata potensial. Dengan meningkatnya kunjungan, komunitas pengelola juga berhasil menciptakan peluang kerja baru seperti guide lokal, penyewaan hammock dan tenda, serta pelatihan warga dalam hospitality sederhana. Desa pun mendapatkan tambahan pendapatan dari retribusi wisata yang dialokasikan kembali untuk perbaikan fasilitas umum. Efek domino dari keberhasilan ini menginspirasi desa-desa lain di Kecamatan Pasemah Air Keruh untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi wisata masing-masing.

Tahapan implementasi inovasi ini cukup terstruktur, dimulai dari fase inisiasi oleh Karang Taruna yang melakukan eksplorasi lokasi dan promosi informal di media sosial. Kemudian dibentuk Pokdarwis pada awal 2021 yang dilanjutkan dengan pembangunan fasilitas camping, jalur akses, toilet umum, dan spot foto dari dana swadaya dan kontribusi donatur lokal. Sistem pengelolaan berbasis komunitas pun dirancang, termasuk sistem tiket masuk dan pemesanan tenda secara daring. Promosi dilakukan secara intensif melalui akun media sosial milik komunitas, serta partisipasi dalam lomba desa wisata tingkat provinsi dan nasional. Proses evaluasi dilakukan melalui rekapitulasi pengunjung, testimoni daring, dan rapat mingguan Pokdarwis untuk perbaikan berkelanjutan.

Tujuan dari inovasi ini sangat relevan dengan arah kebijakan pembangunan daerah, yaitu untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata, memberdayakan pemuda desa, mengangkat potensi lokal, serta menciptakan efek pengganda ekonomi yang luas. Reban Kucing membuktikan bahwa wisata tidak harus mewah dan mahal untuk menarik pengunjung, tetapi cukup dengan keunikan, keramahan masyarakat, serta pengelolaan yang konsisten dan transparan. Dalam konteks ini, inovasi tidak selalu berbasis teknologi tinggi, melainkan terletak pada perubahan pola pikir dan cara kerja komunitas dalam melihat potensi dan peluang di sekitarnya.

Manfaat dari inovasi ini telah dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Tanjung Raman dan sekitarnya. Banyak pemuda yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap kini terlibat aktif sebagai pemandu wisata, pengelola warung, penjaga parkir, dan pengurus fasilitas camping. Kehadiran wisatawan juga meningkatkan penjualan produk lokal seperti kopi bubuk, makanan tradisional, dan kerajinan tangan yang dijajakan di kios warga. Kegiatan ekonomi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga memperkuat rasa bangga warga terhadap kampung halamannya. Desa menjadi lebih hidup, aktif, dan memiliki arah pembangunan berbasis komunitas.

Secara output, inovasi ini berhasil membentuk Pokdarwis sebagai lembaga formal pengelola wisata, membangun lebih dari 6 spot camping dan 4 jalur tracking, serta menyelenggarakan berbagai kegiatan wisata berbasis komunitas seperti Reban Hiking Fest, lomba swafoto, dan pelatihan pemandu wisata lokal. Selain itu, akun media sosial @rebankucing_adventure telah mencapai lebih dari 9.000 pengikut dengan jangkauan promosi hingga ke luar Sumatera Selatan. Pencapaian ini menjadi indikator keberhasilan pendekatan inovasi sederhana yang tepat sasaran dan rendah biaya.

Sementara itu, outcome dari inovasi ini terlihat pada meningkatnya citra Kabupaten Empat Lawang sebagai destinasi wisata alam yang kompetitif. Keberhasilan Reban Kucing membuka mata banyak pihak bahwa wisata alam bisa dikembangkan dengan pendekatan partisipatif dan berbasis komunitas. Pemerintah kabupaten kini menjadikan inovasi ini sebagai rujukan dalam menyusun kebijakan pengembangan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Kehadiran inovasi ini juga memperkuat posisi Kabupaten Empat Lawang dalam peta pariwisata Sumatera Selatan sebagai daerah dengan semangat inovatif dan kekayaan alam yang potensial untuk terus dikembangkan.

Tak hanya memberikan manfaat ekonomi, inovasi Camping Ground Negeri di Atas Awan Reban Kucing juga berdampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan edukasi wisata yang bertanggung jawab. Para pengelola Pokdarwis rutin mengadakan kegiatan bersih lingkungan, penanaman pohon, serta sosialisasi kepada pengunjung tentang pentingnya menjaga ekosistem alami. Dalam setiap kunjungan, wisatawan diajak untuk tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan produk ramah lingkungan, dan menghargai kearifan lokal. Kegiatan seperti Eco Camp yang digelar berkala berhasil menanamkan nilai konservasi kepada generasi muda, baik dari dalam maupun luar desa. Desa pun semakin hijau dan bersih, menjadikan pengalaman berwisata terasa lebih nyaman dan berkesan. Aspek edukatif ini menjadi nilai tambah yang memperkuat daya saing Reban Kucing dibandingkan destinasi lain yang hanya fokus pada estetika visual.

Dalam jangka panjang, inovasi ini juga membuka peluang replikasi di wilayah lain di Kabupaten Empat Lawang yang memiliki potensi serupa. Pemerintah daerah mulai menjajaki pembentukan Desa Wisata Kembar yang mengadopsi prinsip dan pendekatan yang sama seperti Reban Kucing. Transfer pengetahuan, pelatihan manajemen Pokdarwis, serta sistem pengelolaan berbasis komunitas akan menjadi bagian dari strategi pengembangan ekowisata daerah. Langkah ini menjadi bagian integral dari rencana besar RPJMD Empat Lawang dalam membangun desa mandiri wisata dan mengurangi ketimpangan ekonomi antarwilayah. Keberhasilan Reban Kucing menjadi momentum penting untuk memperkuat jejaring antar desa dan membentuk ekosistem pariwisata yang saling mendukung. Strategi ini dinilai efektif dalam mempercepat pembangunan wilayah tertinggal melalui penguatan sektor unggulan.

Dengan segala capaian, manfaat, dan potensi replikasinya, Camping Ground Negeri di Atas Awan Reban Kucing layak menjadi model inovasi pelayanan publik berbasis komunitas yang patut mendapat perhatian nasional. Pendekatan partisipatif, pemanfaatan potensi lokal, dan pengelolaan berbasis kearifan menjadi fondasi kuat dalam mewujudkan desa wisata yang berkelanjutan. Inovasi ini menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil yang digerakkan oleh masyarakat. Pemerintah daerah, melalui Dinas Pariwisata dan Bappeda, berkomitmen untuk terus memperkuat dukungan terhadap Pokdarwis dan memastikan keberlanjutan inovasi ini. Dalam waktu dekat, Reban Kucing juga direncanakan akan masuk dalam peta besar destinasi prioritas daerah serta menjadi titik singgah utama dalam paket wisata regional Sumatera Selatan