Festival Serapungan Musi, Ikon Baru Pelestarian Budaya Empat Lawang

Kabupaten Empat Lawang terus memperkuat identitas budayanya melalui inovasi pelayanan publik non-digital yang bertajuk MEDALI SERASI, singkatan dari Melestarikan Wisata Budaya melalui Festival Serapungan Musi, yang telah menjadi salah satu tonggak kebangkitan budaya sungai dan daya tarik wisata lokal. Terinspirasi dari potensi historis dan kultural Sungai Musi yang selama ini belum tergarap secara maksimal, inovasi ini dirancang sebagai gerakan partisipatif masyarakat untuk menjadikan sungai bukan hanya sebagai sumber kehidupan, melainkan juga sebagai panggung budaya dan ekonomi kreatif. MEDALI SERASI menghidupkan kembali tradisi rakit dan pertunjukan sungai melalui sebuah festival tahunan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pelaku seni, pelaku UMKM, tokoh adat, hingga pelajar dan komunitas pemuda. Festival ini menjadi momentum penyatuan antara ekspresi budaya, promosi pariwisata, dan pemberdayaan ekonomi lokal yang berbasis kearifan tradisional dan gotong royong lintas desa. Dalam pelaksanaannya, pengunjung festival dapat menyaksikan ragam atraksi kesenian tradisional, parade rakit hias, lomba kuliner khas sungai, serta bazar UMKM yang tersebar di sepanjang bantaran Sungai Musi, khususnya di wilayah Empat Lawang. MEDALI SERASI tidak hanya hadir sebagai agenda rekreasi, tetapi menjadi gerakan kolektif yang menghidupkan kembali narasi sejarah dan nilai-nilai budaya masyarakat sungai dalam bentuk yang aktual dan menarik bagi generasi masa kini. Sejak diluncurkan pada tahun 2022, festival ini berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan domestik hingga 30 persen selama musim festival, serta melibatkan lebih dari 150 pelaku budaya dan pelaku usaha lokal dalam perputaran ekonomi kreatif yang muncul selama kegiatan berlangsung. Pemerintah Kabupaten Empat Lawang secara resmi menetapkan MEDALI SERASI sebagai agenda rutin dalam kalender pariwisata tahunan daerah, sejalan dengan komitmen RPJMD 2021–2026 untuk mendorong pemajuan kebudayaan dan pariwisata berbasis potensi lokal yang berkelanjutan.

Munculnya inovasi MEDALI SERASI bukan tanpa alasan, karena selama bertahun-tahun potensi budaya dan wisata lokal di bantaran Sungai Musi belum tergarap maksimal dan cenderung terpinggirkan oleh modernisasi serta minimnya perhatian generasi muda terhadap warisan budaya. Sungai Musi yang dahulu menjadi urat nadi aktivitas ekonomi dan budaya masyarakat perlahan kehilangan perannya, tidak hanya karena degradasi lingkungan, tetapi juga karena berkurangnya interaksi sosial berbasis tradisi di sekitarnya. Melalui pendekatan inklusif dan partisipatif, Pemerintah Kabupaten Empat Lawang menggagas MEDALI SERASI sebagai cara untuk membangkitkan kembali kecintaan masyarakat terhadap sungai melalui festival budaya yang tidak sekadar menampilkan pertunjukan, melainkan juga membangun ekonomi komunitas. Pelaku seni dan budaya yang semula hanya memiliki ruang terbatas untuk berekspresi, kini mendapatkan panggung yang layak untuk menunjukkan kebolehannya di hadapan publik yang lebih luas. Festival ini mengundang masyarakat dari berbagai lapisan untuk tidak hanya menonton, tetapi juga berpartisipasi aktif, baik sebagai peserta lomba, pedagang kuliner, relawan kebersihan sungai, maupun panitia pelaksana kegiatan. Keterlibatan masyarakat inilah yang menjadikan MEDALI SERASI bukan sekadar produk pemerintah, tetapi gerakan kolektif pelestarian budaya yang hidup dari dan untuk rakyat. Dalam proses perancangannya, tim penyelenggara melakukan musyawarah desa bersama tokoh adat, pelaku seni, pemuda, dan perangkat desa untuk merumuskan konsep festival yang merepresentasikan identitas lokal. Kesepakatan itu kemudian diformalkan melalui SK kepala daerah sebagai bentuk komitmen jangka panjang terhadap pelestarian budaya berbasis potensi sungai yang tak ternilai harganya.

MEDALI SERASI mengusung konsep unik berupa pertunjukan serapungan, yaitu berbagai atraksi budaya dan kesenian yang dilangsungkan di atas rakit yang dihias dengan ornamen tradisional, kemudian diarungi bersama aliran Sungai Musi sebagai panggung alam terbuka. Kegiatan ini memberikan nuansa visual yang menarik dan menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang ingin menikmati pertunjukan dari tepian sungai maupun dari rakit pendamping yang tersedia bagi wisatawan. Berbagai pertunjukan seperti tari tradisional, musik daerah, pembacaan pantun, hingga drama kolosal tentang legenda Sungai Musi, menjadi bagian integral dari festival yang berlangsung selama beberapa hari tersebut. Tak hanya itu, festival ini juga menghadirkan lomba rakit hias antar desa, parade budaya lintas etnis, serta bazar kuliner dan kerajinan lokal yang melibatkan lebih dari 70 UMKM dari 10 kecamatan. Dampak dari festival ini pun terasa nyata bagi para pelaku ekonomi lokal, karena selama festival berlangsung terjadi lonjakan permintaan terhadap produk lokal, penginapan, dan jasa transportasi yang menggerakkan roda ekonomi desa. Pelibatan kelompok pemuda dan komunitas literasi juga memberikan warna baru dalam dokumentasi budaya melalui karya foto, video, dan artikel yang disebarkan melalui media sosial dan platform digital lainnya. Strategi ini bukan hanya memasarkan event, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga generasi muda terhadap budaya sendiri. Tak mengherankan jika kemudian MEDALI SERASI mendapatkan banyak apresiasi dari tokoh budaya, akademisi, dan wisatawan sebagai contoh sukses pemajuan kebudayaan berbasis masyarakat.

Salah satu kebaruan utama dari inovasi ini adalah metode kolaboratif yang diterapkan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi, di mana pemerintah daerah tidak bertindak sebagai aktor tunggal, melainkan sebagai fasilitator dan pemantik kolaborasi antarpemangku kepentingan. Dalam proses pelaksanaan MEDALI SERASI, setiap desa sepanjang aliran Sungai Musi diberikan kesempatan untuk menampilkan kekhasan budaya mereka, mulai dari kostum, kerajinan, hingga atraksi unik yang sebelumnya hanya dikenal dalam lingkup komunitas kecil. Festival ini juga membuka ruang apresiasi terhadap nilai-nilai lokal yang sebelumnya dianggap remeh, seperti pantun nasihat, lagu rakyat, permainan tradisional, dan cerita lisan yang kini dikemas dalam format pertunjukan yang atraktif dan mudah dipahami semua usia. Pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan memfasilitasi pelatihan dan pembinaan bagi kelompok seni dan UMKM agar siap berpartisipasi dalam festival, termasuk dalam hal pengemasan produk, tata panggung, serta promosi melalui media daring. Hasilnya adalah meningkatnya kapasitas pelaku budaya dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan pariwisata yang profesional, tanpa kehilangan akar budaya yang menjadi ciri khas mereka. Festival ini juga memberikan kesempatan bagi sekolah dan perguruan tinggi untuk melakukan studi lapangan, penelitian, dan keterlibatan mahasiswa dalam praktik pelestarian budaya langsung di masyarakat. Dengan begitu, MEDALI SERASI tidak hanya menjadi festival, tetapi juga menjadi laboratorium sosial dan budaya yang hidup, menginspirasi lahirnya inovasi-inovasi lain dalam pelestarian budaya berbasis komunitas. Spirit keberlanjutan pun dibangun melalui penganggaran rutin dari APBD serta kemitraan dengan pihak swasta dan media lokal yang siap mendukung promosi dan pembiayaan sebagian kegiatan.

Implementasi inovasi MEDALI SERASI juga memperlihatkan efektivitas strategi pelibatan komunitas dalam pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, karena seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan prinsip gotong royong, inklusif, dan berbasis potensi lokal. Setiap desa di sepanjang aliran Sungai Musi membentuk tim budaya yang bertugas menggali dan menampilkan nilai-nilai unik yang dimiliki masing-masing wilayah, mulai dari kuliner khas, cerita rakyat, hingga produk kerajinan tangan yang diwariskan secara turun-temurun. Festival ini juga menjadi momentum penting bagi kelompok perempuan dan generasi muda untuk tampil sebagai pelaku utama, baik dalam aspek produksi, promosi, maupun penjualan produk budaya dan UMKM lokal. Perempuan terlibat dalam bazar kuliner, anak muda menjadi pemandu wisata dan konten kreator, serta para tetua adat menjadi pengisi acara dengan narasi sejarah lokal. Konsep ini menumbuhkan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap warisan budaya, sekaligus menghidupkan kembali nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat desa. MEDALI SERASI tidak hanya mengundang wisatawan luar, tapi juga mengajak warga lokal untuk kembali mengenali dan mencintai budaya mereka sendiri. Dalam evaluasi tahun 2023, tercatat bahwa lebih dari 80% peserta festival merupakan warga lokal, menunjukkan antusiasme internal yang tinggi. Kondisi ini menjadi modal sosial yang kuat dalam menjaga keberlanjutan inovasi di masa mendatang

Aspek promosi MEDALI SERASI dilakukan secara kreatif dan masif, menggunakan pendekatan digital dan konvensional secara seimbang untuk menjangkau segmen wisatawan yang beragam. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook digunakan secara aktif untuk menampilkan konten-konten visual seperti video drone festival, teaser atraksi budaya, hingga testimoni pengunjung yang telah datang. Kampanye dilakukan dengan melibatkan influencer lokal dan nasional yang memiliki kedekatan dengan isu budaya dan pariwisata, sekaligus memperluas jangkauan pesan hingga ke kalangan milenial dan generasi Z. Selain itu, kolaborasi dilakukan dengan media lokal dan radio komunitas untuk menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat pedesaan yang belum terbiasa dengan media digital. Festival juga disertai dengan lomba konten digital dan fotografi budaya yang memicu kreativitas peserta, sekaligus menjadi bahan dokumentasi kegiatan secara organik. Strategi ini tidak hanya mengangkat citra festival, tetapi juga memperluas ekosistem digitalisasi budaya di Kabupaten Empat Lawang. Hasilnya, pada tahun kedua pelaksanaan, akun media sosial resmi Dinas Pariwisata mengalami peningkatan pengikut hingga 300%, dan lebih dari 500 konten festival tersebar di jagat maya selama satu minggu pelaksanaan. Promosi yang kuat ini berkontribusi langsung terhadap peningkatan kunjungan wisatawan dan pendapatan pelaku UMKM yang dilibatkan.

MEDALI SERASI juga memberikan dampak nyata dalam penguatan kelembagaan budaya dan pengembangan desa wisata berbasis sungai di Empat Lawang. Beberapa desa mulai merancang program wisata budaya secara mandiri setelah terlibat dalam festival, seperti pembangunan dermaga wisata kecil, galeri kerajinan lokal, serta penyusunan paket wisata edukasi berbasis sejarah lokal. Kegiatan ini diperkuat dengan pembentukan Forum Komunitas Budaya Sungai Musi yang beranggotakan para pelaku seni, tokoh masyarakat, pemuda, dan perangkat desa yang secara rutin berdiskusi dan merancang kegiatan pasca-festival. Pemerintah daerah memfasilitasi forum ini melalui pembinaan dan bantuan sarana pendukung seperti panggung terapung, tenda UMKM, dan pelatihan manajemen event. Dengan cara ini, inovasi tidak berhenti pada satu momentum acara, tetapi terus berkembang menjadi gerakan sosial budaya yang hidup dan dinamis. Desa-desa yang aktif berpartisipasi juga mulai masuk dalam prioritas pengembangan desa wisata oleh dinas terkait. Dalam dua tahun terakhir, setidaknya tiga desa telah mengusulkan SK Desa Wisata Sungai Musi sebagai hasil penguatan kelembagaan dari inovasi MEDALI SERASI. Ini menunjukkan bahwa inovasi telah mendorong transformasi struktural dan bukan hanya kegiatan seremonial semata.

Dari sisi pendidikan dan regenerasi budaya, festival MEDALI SERASI memberikan ruang luas bagi pelajar dan mahasiswa untuk terlibat secara langsung dalam berbagai aktivitas kebudayaan, mulai dari mendongeng, menari, membuat batik, hingga dokumentasi sejarah. Sekolah-sekolah dilibatkan dalam pawai budaya dan lomba kreativitas berbasis warisan lokal, sehingga siswa tidak hanya menjadi penonton tetapi juga aktor utama dalam pelestarian budaya. Pihak sekolah didorong untuk mengintegrasikan muatan lokal tentang Sungai Musi dan tradisi budaya setempat ke dalam kurikulum pembelajaran tematik. Keterlibatan guru dan siswa juga memicu tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari jati diri daerah. Pemerintah daerah bersama akademisi juga menjadikan festival sebagai media riset partisipatif dalam kajian sosial budaya. Kegiatan ini memperkuat interaksi antar generasi dan menjadikan festival sebagai ruang belajar terbuka bagi semua lapisan masyarakat. Generasi muda yang semula kurang mengenal identitas daerahnya, kini semakin antusias untuk mempelajari dan mengembangkan budaya leluhur mereka. Efek jangka panjang dari proses ini adalah tumbuhnya regenerasi pelaku budaya dan aktivis komunitas di tingkat lokal.

Evaluasi terhadap inovasi MEDALI SERASI menunjukkan sejumlah capaian penting yang menunjukkan efektivitas dan potensi replikasinya di daerah lain. Dalam laporan Dinas Pariwisata Empat Lawang tahun 2023, disebutkan bahwa partisipasi pelaku budaya meningkat 45% dibanding tahun pertama pelaksanaan, dan jumlah UMKM yang terlibat naik dari 70 menjadi 112 unit usaha. Data juga menunjukkan peningkatan pendapatan rata-rata UMKM selama festival sebesar 35% dibandingkan hari-hari biasa. Selain itu, kepuasan pengunjung terhadap festival mencapai 92%, berdasarkan survei kepuasan publik yang dilakukan oleh tim evaluator independen. Peningkatan kunjungan wisatawan dari luar kabupaten juga tercatat dalam laporan sektor transportasi lokal yang menyebutkan kenaikan penumpang menuju lokasi festival hingga 28% selama masa pelaksanaan. Di sisi lain, dokumentasi media dan laporan akademik tentang MEDALI SERASI mulai dijadikan bahan kajian di universitas dan menjadi rujukan dalam penyusunan kebijakan kebudayaan daerah. Dukungan dari sektor swasta, seperti sponsor dan pelaku industri kreatif, juga mulai berdatangan untuk berkolaborasi dalam bentuk pembiayaan dan promosi bersama. Semua ini membuktikan bahwa MEDALI SERASI adalah inovasi daerah yang bukan hanya atraktif, tetapi juga produktif secara sosial, budaya, dan ekonomi.

Dalam jangka menengah dan panjang, Pemerintah Kabupaten Empat Lawang merencanakan pengembangan MEDALI SERASI menjadi Festival Budaya Sungai Nasional yang melibatkan kabupaten/kota lain yang memiliki kesamaan ekosistem sungai. Inisiatif ini sedang dalam tahap komunikasi lintas daerah, dengan pendekatan kerja sama antar dinas pariwisata dan komunitas budaya. Tujuannya adalah membangun jejaring pelestarian budaya sungai se-Sumatera Selatan bahkan hingga ke daerah lain di Indonesia yang memiliki sungai sebagai bagian penting dari sejarah dan identitas lokalnya. Hal ini akan memperkuat diplomasi budaya antardaerah dan menjadikan festival sebagai alat diplomasi lunak yang menjembatani keragaman budaya di Nusantara. MEDALI SERASI diharapkan menjadi percontohan nasional dalam pengembangan wisata budaya berbasis sungai yang menyatu dengan masyarakat, lingkungan, dan sejarah. Pemerintah daerah juga sedang mengajukan festival ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI agar mendapat pengakuan dan perlindungan hukum. Pengembangan ke arah festival skala nasional ini dipandang strategis karena mampu mendongkrak profil daerah dan menjadi kebanggaan warga Empat Lawang. Langkah ini juga membuka peluang investasi sektor pariwisata dan kebudayaan yang lebih besar di masa depan.

Sinergi antarorganisasi perangkat daerah (OPD) menjadi salah satu kekuatan utama dalam keberhasilan MEDALI SERASI, di mana Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bekerja erat dengan Dinas UMKM, Dinas Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup, hingga Dinas Perhubungan dalam mendukung pelaksanaan festival. Setiap dinas memiliki peran yang saling melengkapi, seperti fasilitasi promosi, pembinaan pelaku usaha, pengelolaan sampah festival, hingga penyediaan sarana transportasi ke lokasi acara. Pendekatan lintas sektor ini memperkuat efektivitas pelayanan publik dalam pengembangan budaya dan wisata, serta mendorong integrasi kebijakan yang selama ini masih berjalan secara parsial. Selain itu, keterlibatan unsur Forkopimda, aparat desa, dan tokoh agama memberikan legitimasi sosial terhadap inovasi yang dibangun. Pemerintah juga membuka ruang bagi kolaborasi dengan lembaga nonpemerintah, seperti komunitas budaya, yayasan lingkungan, dan organisasi pemuda, yang ikut serta dalam pengawasan dan evaluasi pelaksanaan. Dengan pendekatan kolaboratif yang menyeluruh, MEDALI SERASI menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas satu sektor, tetapi tanggung jawab kolektif lintas institusi dan lintas generasi. Kerja sama ini sekaligus membangun kohesi sosial dan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai fasilitator pembangunan berbasis nilai lokal. Sinergi ini menjadi model tata kelola festival budaya yang demokratis dan partisipatif.

MEDALI SERASI tidak sekadar menjadi festival budaya tahunan, tetapi telah menjelma menjadi simbol kebangkitan budaya, ekonomi kreatif, dan pariwisata berbasis sungai di Kabupaten Empat Lawang. Dalam perjalanannya, festival ini berhasil menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong, menghargai tradisi, dan menumbuhkan ekonomi berbasis kearifan lokal yang selama ini terabaikan. Lebih dari itu, MEDALI SERASI menjadi ruang strategis untuk membangun jati diri kolektif masyarakat yang bangga terhadap sejarah dan budayanya. Dengan melibatkan semua unsur masyarakat dalam prosesnya, festival ini tidak hanya memberikan hiburan, tapi juga edukasi dan pemberdayaan nyata yang berdampak luas. Inovasi ini mampu menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam mengembangkan pendekatan pelestarian budaya yang otentik, sederhana namun penuh makna. Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah, dukungan masyarakat, dan sinergi lintas sektor, MEDALI SERASI akan terus bertransformasi menjadi kekuatan utama dalam pembangunan pariwisata dan pelestarian budaya di Sumatera Selatan. Festival ini adalah warisan hidup yang menegaskan bahwa budaya bukan barang kuno, melainkan energi masa depan. Dan dari tepian Sungai Musi, semangat itu terus mengalir, membawa harapan dan kebanggaan bagi Empat Lawang dan generasi penerusnya.